Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berternak dan Bertani Mandiri itu penting


Harga pangan naik itu rutinitas tahunanJakarta. Nyaris setiap tahun masyarakat Indonesia merasakan kenaikan harga bahan pangan. Silih berganti bahan pangan melonjak harganya, mirip hasil kocokan arisan. Tahun lalu, harga kedelai melonjak tak terduga. Tahun ini, giliran harga bawang merah, bawang putih, kedelai, cabai rawit merah, dan daging sapi.

Lonjakan harga bawang merah dan bawang putih yang terjadi selama beberapa pekan ini, misalnya, sungguh luar biasa. Harga dua macam bawang itu masing-masing melonjak tiga kali lipat dan empat kali lipat! Hasil pantauan KONTAN pada Kamis (28/3) di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur, harga bawang merah masih di kisaran Rp 45.000–Rp 55.000 per kilogram (kg). Bandingkan, sebelumnya, harga bawang merah anteng di Rp 18.000 per kg.

Harga bawang putih yang biasanya juga cuma Rp 18.000 an per kg, malah sempat melonjak tak karuan hingga Rp 72.000 per kg. Pada titik tertinggi itu, pedagang di Pasar Induk Kramat Jati sempat kulakan dari importir di harga Rp 55.000 per kg. “Kenaikan harga bawang kali ini sungguh-sungguh luar biasa keterlaluan,” kata Antoni, seorang pedagang di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta.

Lagi-lagi infrastruktur

Tahun lalu, kita juga merasakan kenaikan harga beras. Beras kualitas medium yang umumnya menyandang banderol Rp 6.000 per kg, saat itu harus ditebus pada harga Rp 9.000 per kg. Bahkan, harga kedelai yang melompat 35% menjadi Rp 8.000 per kg membuat perajin tempe dan tahu menutup produksi.

Fakta silih berganti lonjakan harga bahan pangan ini menimbulkan pertanyaan ihwal keberadaan pemerintah dalam mengamankan pasokan pangan bagi warganya. Nuansa adanya faktor “kesengajaan” setiap kali harga bahan pangan melonjak begitu kental. Sayang, sejauh ini tak ada bukti kuat. .. 
Sumber (http://nasional.kontan.co.id/news/harga-pangan-naik-itu-rutinitas-tahunan/2013/04/03)

Banyak media menceritakan kenaikan harga pangan, pengamat berkata: ini salah pemerintah. Pembaca sekalian saya ingin mengatakan bahwa menanggapi masalah ini berlebihan tidak akan menyelesaikan persoalan pangan di dapur kita. Kemampuan daya beli di tentukan kerja keras dan usaha kita, mencela dan menyalahkan justru membuang waktu produktifitas kita. Apalagi menyalahkan pemerintah. sudah saatnya kita kreatif, keberadaan kita bukan menjadi beban negara tapi berkontribusi bagi negara, minimal kita bisa memenuhi pangan kita. Jika bisa GRATIS kenapa
harus BELI?

Iya sekarang harga pangan naik. Kenapa naik? ada banyak faktor.. cuaca, Infrastruktur, Lahan sempit, SDM tidak berkualitas, Ilmu dll. 

Saya ambil contoh: 
  • Sekarang lahan sawah makin sempit, karena banyak di bikin perumahan
  • Lahan sawah juga semakin tidak subur karena penggunaan pupuk kimia berlebih
  • Generasi muda yang mau bekerja di sawah juga makin langka.
  • Petani masih menggunakan pola tradisional dengan ilmu nenek moyang
  • di dukung infrastruktur yang tidak layak
  • pungli dimana mana..
jika demikian wajar jika harga naik.

Nah sudah saatnya kita memulai swasembada pangan keluarga.. kalaupun harus beli gak usah semua harus ada yang bersal dari kebun sendiri. 

Banyak lho yang bisa di praktekkan, hanya dengan modal minim, tanah sempit, kotoran ternak kita sudah bisa mandiri. 
Untuk dapat ilmu pertanian peternakan yang praktis, gak perlu mahal. asal ada kemauan pasti ada jalan.

Semoga ini bisa menjadi pemikiran bersama, mari bertani mari berternak mandiri. Sekarang tahun 2021 suah semestina kita swasembada pangan